Selasa, 22 Desember 2009

Pasar Seni

“beyond Faces” Pameran Seratus Ragam Topeng Indonesia Raya (saksikan Atraksi David Naif, Upstairs, D’zeek Dalam Pembukaan Pamer
Jumat, 20 November 2009

Galeri North Art Space, Pasar Seni kembali mengadakan event budaya kelima yaitu Seratus Ragam Topeng Indonesia Raya dengan tema “Beyond Faces” dari tanggal 20 November sd 13 Desember 2009 yang diiringi dengan acara pembukaan yang mendobrak sebuah tradisi konvensional yaitu “Smashing Masking”. Beyond Faces ini merupakan hasil kerjasama antara North Art Space dengan Setia Dharma House of Mask and Puppets dari Ubud, Bali dengan memamerkan sebagian dari koleksi-koleksi yang telah dikumpulkan lebih dari 20 tahun yang jumlahnya mencapai lebih dari 1500 topeng dari dalam dan luar negeri dengan kurator Agus Darmawan dan Agustinus Prayitno. Sedangkan acara pembukaannya yaitu “Smashing Masking” akan menghadirkan komunitas kawula muda dan performance antara lain: David Naif,D’Zeek, Upstairs, dan komunitas B’Boys maupun komunitas dance seperti Teatrikal Modern Dance sampai komunitas Disc Jockey. Direktur Utama PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Budi Karya Sumadi mengatakan pameran topeng ini menjadi sebuah pameran yang sangat istimewa. Topeng merupakan salah satu kekayaan budaya yang paling tua dalam peradaban sejarah manusia. Penggunaan topeng bermula dari fungsi topeng sebagai bagian dari alat ritual keagamaan ataupun upacara-upacara adat dimana topeng sebagai simbol-simbol khusus yang memberikan makna yang erat kaitanya dengan roh-roh leluhur, dalam perkembanganya topeng telah banyak digunakan diberbagai macam keperluan mulai dari hiasan interior ruang sampai dengan pertunjukan-pertunjukan seni modern yang kerapkali digabungkan dengan musik,tari dan theater ataupun seni gerak lainya. Budi Karya menambahkan bahwa dengan melihat tidak begitu banyak event-event ataupun pembahasan budaya yang berkenaan langsung dengan topeng, maka asset budaya ini tidak banyak dikenal oleh masyarakat umum bahkan oleh generasi muda. Kurangnya informasi dan kegiatan-kegiatan seni yang melibatkan penggunaan topeng menjadikan karya seni ini menjadi tenggelam dan tertinggal jauh dibanding karya seni lainya . North Art Space memandang perlu melakukan langkah-langkah dalam rangka pelestarian, pengembangan dan mempublikasikan kekayaan budaya ini dalam bentuk pameran topeng nusantara dimana akan menampilkan lebih dari seratus jenis topeng yang berasal dari daerah-daerah seluruh nusantara mulai dari Sumatra Utara sampai dengan Papua yang mewakili daerah masing-masing. Karya topeng warisan budaya ini mempunyai keragaman dan keunikan dalam bentuk, warna dan fungsinya, keaneka ragaman topeng tersebut adalah sebuah potensi yang belum banyak digali dan dimanfaatkan sebagai modal dalam mengembangkan produk-produk kreatif dan dapat memberikan inspirasi dalam pengembangan seni modern. “Kami sengaja mengkolaborasikan kedua kekuatan tradisional dan modernitas yang sarat dengan unsur kekuatan kreatifitasnya masing-masing. Terlebih ketika akhirnya pesan sejarah Indonesia yang direpresentasikan dalam ragam topeng berhasil dipahami, dicerna, dan menjadi sebuah edukasi budaya bagi komunitas anak muda yang saat ini sedang mencari dan mencari eksistensi diri. Tugas kita sebagai stage holder untuk “masyarakat” luas terutama pada kawula muda yang merupakan lapis masyarakat berenergi dan solid yang dapat mengundang trend komunitas yang lebih kreatif,” ujar Budi Karya. Melalui pameran topeng ini diharapkan akan menjadi sebuah ajang pertemuan berbagai pelaku kreatif dari berbagai era dan juga memperlihatkan kepada seluruh pengunjung tentang keanekaragaman topeng dari seluruh nusantara bahwa masih banyak potensi seni dan budaya yang belum banyak digali dan dimanfaatkan sebagai modal dalam mengembangkan produk-produk kreatif dan dapat memberikan inspirasi dalam pengembangan seni modern. Kurator Beyond Faces, Agus Darmawan mengatakan hampir semua orang mempercayai bahwa kehadiran topeng dalam sejarah manusia adalah ketika seseorang atau sekelompok orang mulai berpikir bahwa dirinya ada. Mereka berkesimpulan bahwa keberadaan diriya adalah karena ada yang mengadakan. Dan ketika mereka ingin berjalan mendekat kepada yang mengadakan itu. Dalam upaya pendekatan kepada yang mengadakan itu, mereka lantas membuat sarana. Salah satu sarana adalah berupa topeng. Alasannya adalah : topeng dianggap sebagai lambang rupa yang menampilkan “seluruh diri”, lantaran topeng diakui sebagai “himpunan dari semua hal ihwal” sesosok (yang mewakili sekelompok) manusia. Topeng seakan mewakili semua isi hati, jiwa, karakter, sifat, dan gerak-gerik sesosok manusia. Indonesia dengan keberagaman seni dan budayanya, tercipta berbagai macam topeng antara lain. Topeng Madura, topeng Jawa , topeng Betawi, topeng Kalimantan, topeng Sumatera , topeng Papua dan dari daerah lainnya. Kira tahu, setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan topeng dengan kekhasan masing-masing. Kurator Pameran, Agustinus Prayitno mengatakan pada masa prasejarah, benda-benda seni pada awalnya dicipta sebagai simbol-simbol untuk mengaktualisasikan kepercayaan masyarakat, yaitu kepercayaan adanya kekuatan di luar jangkauan pikiran dan fisik manusia. Kekuatan magis tersebut dipercaya terdapat dari bagian-bagian tertentu dari tubuh dan wajah manusia. Hal ini dapat dijumpai pada tari-tarian ritual yang menampilkan seseorang dengan wajah dilukis merah, putih, hitam atau warna-warna lainnya dari alam seperti lumpur pada masyarakat Dani di Papua. Prayitno menambahkan kebudayaan beberapa daerah di Indonesia, kesenian topeng terpengaruh kebudayaan Hindu - Budha, yang masuk dan berkembang pesat pada masanya dengan mengunakan kesenian sebagai media penyebarannya. Gal ini yang melahirkan teater topeng, khususnya di Jawa dan Bali dengan penokohan cerita Panji, Ramayana dan Mahabharata. “Pameran ini menghantar masyarakat untuk menikmati dunia topeng yang penuh pedalaman dan panjang sejarahnya itu,” ujar Prayitno. ***(END)